Uji Nyali Gusur Mall

February 17, 2008 at 12:49 pm 1 comment

mall-taman-anggrek.jpg

Tahun ini, tekad pemerintah DKI Jakarta untuk menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH) di tanah ibu kota semakin bulat. Salah satu langkah yang dilakukannya, pemerintah semakin rajin melakukan pembongkaran bangunan yang berdiri di kawasan RTH. Sepanjang dua bulan ini saja, sudah ada dua lahan yang digusur.

Incaran pertama adalah Pasar Barito yang terletak di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Akhir Januari lalu, ratusan toko ikan hias dan bunga yang diresmikan mantan Gubernur DKI Ali Sadikin ini rata dibuldoser alat berat. Para pedagang yang telah menempati lahan itu sejak puluhan tahun lalu hanya bisa meratapi tumpuan hidup mereka hancur berantakan. Menurut Wakil Wali Kota Jakarta Selatan, Budiman Simarmata, lahan itu akan dikembalikan ke konsep semula, menjadi Taman Ayodya.

Masih hangat tayangan pembongkaran di Pasar Barito, awal pekan lalu aksi pembokaran terulang kembali. Kali ini giliran Pasar Rawasari yang menjadi target pembersihan Pemda Jakarta Timur. Tak berbeda dengan aksi terdahulu, pembongkaran ini pun dilakukan atas nama pengembalian ruang terbuka hijau yang semakin langka.

Selain bangunan liar, Pemda juga menargetkan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang berada di taman atau jalur hijau. Menurut Kepala Dinas Pertamanan DKI Jakarta Sarwo Handayani, sebanyak 27 dari 31 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang berada di taman atau jalur hijau akan digusur. 27 SPBU itu berada di kawasan Semanggi, Kwitang, Hayam Wuruk, Abdul Muis, Pejompongan, Lapangan Ros, dan beberapa lokasi lainnya. Setelah ditutup dan dibongkar, lahan itu akan diubah kembali menjadi taman. “SPBU-SPBU itu berdiri di lahan milik Pemprov DKI Jakarta dan tidak memiliki izin pendirian. Setelah digusur, Pemprov tidak akan memberi alternatif lokasi baru bagi para pengelolanya,” kata Sarwo.

Bila benar pemerintah berencana mengembalikan RTH yang sudah beralih fungsi, tekad itu memang perlu didukung. Karena nilai ekonomi akibat kerusakan dan pengalihfungsian RTH yang harus ditanggung masyarakat sangat luar biasa. “Infeksi saluran pernapasan, stres, kemacetan sampai banjir. Jangan heran bila Jakarta sering terhantam banjir. Daerah yang tidak pernah banjir menjadi banjir. Atau daerah yang tadinya banjir hanya 20 senti menjadi satu meter,” kata Pakar Tata Kota Nirwono Joga kepada Jurnal Nasional. Intinya, langkah itu dilakukan untuk kepentingan bersama.

Namun arsitek lanskap lulusan Australia ini mengingatkan, tekad tersebut harus didukung dengan penuh kehati-hatian. Karena banyak fakta menunjukkan, Pemda DKI kerap mengambil kebijakan berstandar ganda. Di satu sisi, pemerintah menggusur pasar-pasar tradisional untuk pembangunan RTH. Namun di sisi lain pemda juga terus mengizinkan pendirian bangunan besar di ruang hijau. “Tahun lalu saja, tercatat 70 izin pembangunan mall baru dikeluarkan pemerintah ,” kata Nirwono lagi.

Bukti inkonsistensi lain juga bisa dilihat nyata dari konstruksi bangunan Kantor Walikota Jakarta Selatan yang terletak di Jalan Prapanca, Kebayoran Baru. Bangunan itu berdiri di ruang terbuka hijau yang dulunya adalah taman makam. “Pemda menggusur makam untuk dijadikan kantor walikota Jakarta Selatan,” ujar penulis buku berjudul Komedi Lenong Satire Ruang Terbuka Hijau ini.

Menurut Nirwono, bila pemerintah menggusur Pasar Barito atau Pasar Rawasari. Pemda juga harus berani membongkar paksa bangunannya sendiri atau bangunan besar lain yang berdiri di jalur hijau. Salah satunya jalur hijau di Kawasan Senayan. Hotel Mulia, Plaza Senayan, Sudirman Place dan bangunan-bangunan baru lainnya berdiri di atas RTH. Kalaupun bangunan-bangunan besar itu memiliki izin, maka izin itu menyalahi aturan dan pemberi izin harus diberi sanksi dan dituntut secara hukum.

“Mall Taman Anggrek juga berdiri di atas ruang terbuka hijau. Sebelum dijadikan mall, bangunan tersebut merupakan hutan kota. Begitu pun Mega Mall Pluit di Bekasi yang dulunya situ penakaran buaya. Tetapi apakah pemerintah berani membongkar Mall Taman Anggrek?” kata dia lagi.

Rizky Andriati Pohan

(Tulisan ini dimuat dalam harian JurnalNasional edisi 18 Februari 200)

Entry filed under: Tata Kota.

1000 Kisah Jawa di Ullen Sentalu Taman Menteng Tidak Pas

1 Comment Add your own

  • 1. yunanto  |  May 11, 2008 at 12:32 pm

    setuju. ayo pak wali… jangan cuma bongkar dapur orang kecil aja. pantry pengusaha juga banyak tikusnya…

    Reply

Leave a comment

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Categories

February 2008
M T W T F S S
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
2526272829